Cari Blog Ini

Sabtu, 10 Desember 2011

“HEP, KAMU GA NULIS LAGI?”


Beberapa orang sempat melontarkan pertanyaan ini, pun dengan diri saya sendiri.
Iya ya, kenapa sekarang2 jarang sekali membuka program ber logo biru yang ada di pin bar? Padahal hanyal tinggal 1 kali klik dan kita bisa memainkan 10 jemari di atas keyboard sesukanya. Sambil tersenyum dan berfikir tentang banyaak hal yang ingin diungkapkan.

Simpel, ya? Ya, menulis itu memang sarana refreshing yang paling ampuh. Kita bisa menumpahkan ide, gagasan, kepenatan, cerita, kesan, kenangan, yang berputar dalam otak kita dan membiarkannya terangkai dalam frase-kalimat-paragraf-tulisan. Adakah orientasi lain selain itu? Banyak! Tentu saja. Tapi bagi saya sendiri, menulis adalah refleksi diri kita. Ketika ke depannya bisa bermanfaat bagi diri sendiri, bahkan orang lain, maka itu sebuah nikmat yang tiada duanya.

Balik lagi: jarang nulis. Kenapa?

Mungkin alasan yang terlontar pada akhirnya akan jadi amatt sangatt konyol. Kalau kata pak Arif Munandar: Ini cirri-ciri orang Sakit Jiwa. WHY?

1.       IT WON’T COME UP FROM MY MIND!!
Saya ingin menulis A. yang keluar malah B. ketika saya coba melanjutkan B yang teranngkai C. si C ini karna tidak punya konsep yang jelas malah muter muter membentuk D, E, F, G…. dst.
Geez, ternyata suatu tulisan yang gagasannya tersusun sempurna di otak saya tidak secara otomatis bisa keluar dalam tulisan sesuai yang diharapkan. Padahal kerja otak berikatan erat dengan kerja bagian tubuh yang lain (baca: otak à jari). Tapi kok bisa hasilnya beda? Ahh… bodo ah.. nyebelinn bangett… *close*

2.       GA SELESAI-SELESAAII….
Saya selalu punya inspirasi baru untuk menulis.
Selalu!
Satu hari ada saja 5 sampai 7 ide dan yang ingin saya share dalam bentuk tulisan. Mulai dari liat  pot tanaman yang mengalami disorientasi fungsi, materi mata kuliah yang menarik, kejadian konyol di kelas, sampai kebijakan-kebijakan pemerintah yang ingin saya kritisi. Ditambah lagi, sebulan yang lalu saya mulai rutin membeli (dan membaca) Koran. Berbagai fenomena yang ada disana selalu memicu munculnya ide-ide baru dan dorongan untuk membuat jari menari waltz di keyboard.
TAPI!!
 Pada akhirnya saya hanya bisa menghasilkan judul dan 1 buntut paragraf. Karna kemudian saya terpikir hal lain –ide baru- yang sama sekali g berhubungan dengan tulisan saya yang awal. Hoho. Dan saya-pun akan bersegera memencet: New Blank Document.
Hepi.. hepi… *geleng2 pala*

3.       SOK IDEALIS
Setiap orang ingin membuat karya yang terbaik. Karya yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri. Karya yang bisa berkontribusi dalam fase sejarah. Karya yang bermanfaat dalam akselerasi pergerakan. Karya yang bisa memberi arti bagi peradaban. (oke, udah cukup lebay hepp). Intinya, bagi orang-orang yang sok idealis kaya saya, ingin sekali setiap karya yang saya hasilkan berkualitas. Baik berupa karya visual ataupun tulisan. Makanya kalau ada dudel dudel dan gambar ece ece yang gajelas saya akan berusaha menyembunyikannya dari publik. Begitupun tulisan. Sebenarnya saya ingin terus menulis. Tapi kok kalau jari jemari yang lentik ini sudah merangkai beberapa kata, lalu saya baca sekilas…….
Kok jelek amat, ya?
Dan akhirnya saya arahkan kursor ke kotak merah diujung kanan layar. DONE. Hohoho

4.       WAH, GAK ADA WAKTU NIHH…
Nahh, ini yang paling konyool sebenernya. Udah tau kalau mau jadi orang-orang hebat yang bisa menghasilkan karya-karya besar, harus bisa memanage waktunya dengan baik. Artinya, harus ada pengorbanan untuk hasil yang setimpal. Kurangi waktu tidur dan malas2an!! Isi dengan hal2 yang jauuh lebihh bermanfaat. Ini yang tidak saya lakukan. Menulis bukan sarana untuk refreshing tetapi jadi tugas tertentu yang dibikin beban berat. Ada tuntutan tersendiri karna motif-motif aneh yang saya buat sehingga harus ada waktu khusus dengan interval yang cukup panjang untuk menghasilkan sebuah tulisan. NGGAK BISA ENGGAK. Padahal seorang penyair besar saja hanya butuh waktu 5 menit di tiap bangun tidurnya untuk berlatih menulis. Geez…

Konyol ya? Ketawa dong… saya aja ketawa menyadari bahwa paradigm seperti ini pernah melekat di otak saya. PERNAH? Ya, insya Allah sekarang sudah saya ganti dengan pola pikir yang lebih baik.toh, setiap manusia butuh proses untuk membuat karya yang baik. Ga bisa ujug2 tulisan kita jadi bagus tanpa latihan yang intensif. Kok bisa-bisanya mentang-mentang sudah punya gagasan yang  bagus bisa keluar jadi tulisan yang bagus juga? ;) iya gak? Iya,gak? :D
Daan… hal-hal tadi mugkin Cuma sekelumit masalah yang kerap dihadapi oleh para penulis. Mungkinn problematika para penulis besar jauuh lebih kompleks dibanding saya. Tetapi disadari atau tidak. Itulah asyiknya. Sampai pada akhirnya, menulis bukan lagi hobi, layaknya udara yang sudah jadi kebutuhan hidup!! ^^
Semangat berkarya!!
Betewe, ada yang pernah mengalami hal-hal diatas? ;)

Senin, 19 September 2011

TENTANG PERJALANAN PANJANG DAKWAH INI…

 
Seulas senyum.

Itu yang secara spontan terukir saat beberapa teman bertanya tentang rohis di departemenku.

Sudah masuk departemen, ya? Tidak terasa bukan akh? Ukh? Kita kini berjuang dengan jalan dan cara kita masing-masiSeulas senyum.

Itu yang secara spontan terukir saat beberapa teman bertanya tentang rohis di departemenku.

Sudah masuk departemen, ya? Tidak terasa bukan akh? Ukh? Kita kini berjuang dengan jalan dan cara kita masing-masing, dengan karakteristik dan kondisi yang berbeda di tiap departemennya.

Bukankah TPB merupakan pengalaman dakwah yang sangat berarti untuk berjuang penuh sekuat tenaga menebarkan syiar islam di departemen, kini? Teringat sulitnya menahan teman-teman untuk tidak keluar ketika diadakan ta’lim kelas. Ataupun wajah cuek mereka ketika Al-Qur’an berkumandang sebelum kuliah.

Berat ya, akh? Ukh? Apalagi ketika ada oknum yang protes keras dengan pemisahan bangku perempuan-laki-laki.

“memangnya ini pesantren apa? Toh bersebelahan juga kita ga melakukan yang aneh aneh!”

Atau

“Ga enak kali sama yang nonis kalau baca Qur’an di kelas!”

“Males ah ikut ta’lim.. AMT-nya juga gitu2 aja.. “

Heum… wajah-wajah lelah kalian bermunculan kembali di otakku. Tetapi tahu, tidak? Setelah kalian bercerita, senyum secerah mentari dan semangat yang luar biasa kembali terpancar.

“Semangat ukh! Tetap semangatt!! Berarti ana yang yaumiahnya harus ditingkatkan lagi, ya ukh? Tak ada waktu untuk istirahat, ya ukh! Nanti kita bareng2 berkumpul di surga-Nya yang indah…”

Optimisme, yakin akan pertolongan Allah bagi orang-orang yang menolong agama-Nya.
Sungguh, aku jadi semakin mencintai kalian, saudaraku…

Dan kini, masuk ke gerbang yang LUAR BIASA  BARU!! Ilmu yang menunggu untuk kureguk sebanyak-banyaknya! Suasana dan orang-orang yang akan berjalan bergandengan meraih mimpi bersama, Dan ladang dakwah yang sedemikian luasnya…

Bismillah.. ini dimulai…

Awalnya banyak sekali yang kukhawatirkan. ARL… Arsitek? Para seniman? Hm.. melihat senior sih.. makhluk-makhluk langka semua… alias agak2 nyentrik gitu… heuu… apakah yang akan terjadi dengankuuh?? Haha, untung sudah punya gambaran di MPD… banggsa bisa bersama mereka yang semangatnya luar biasa… dan kurasa… heum… optimis untuk dakwah disini! ^^

Akhirnya… Rohis Arsitektur Lanskap-pun terbentuk dengan lancar, aman dan terkendali dengan inissiasi dair berbagai pihak. Aku ingat syuro pertama kami di hari ke-4 kuliah. Lumayan, kan?

Di salah satu acara ramadhan ARL, kami semua sebagai panitia memakai kerudung (yang putrid, lhoo… ) dan subahanallah… cantik sekalii merekaa… hwaa.. aku jadi membayangkan yang aneh2… (bayangin mereka pake jilbab lebar… hwaaa…)

Hari pertama setelah lebaran, kulihat sesuatu yang janggal… hem.. . apakah gerangan?? WAH!! Subahanallaah!! Ternyata ada yang mulai memakai kerudung permanenn… luar biasa bahagianya aku saat itu… :D aku langsung menghampirinya, memberinya selamat dan heboh gajelas… ia hanya tersipu-sipu malu. *haduu*

Pokoknya saat itu aku bahagiaaa sekali,…

Ternyata Allah memberi berbagai kebahagiaan lagi…

Hari jum’at, minggu ke3 kuliah, kami mulai menjalankan program HAJIKO. Padahal pemberitahuannya mendadak dan aku sendiri malah ga ngeh saat itu ada HAJIKO… begitu sampai kelas… huwaaa… sudah seperti ARL madani.. *mauu* dan antusiasme mereka sangat mengharukan. Para laki-laki sangat gagah memakai koko dan perempuannya cantikk sekali memakai jilbab… semua berdecak kagum dan saling berkomentar… *ini lebay banget ga yah, bahasanya? (-_-)*

Ohya, seorang putri ada yang bilang bahwa ia tak punya kerudung, dengan sigap, seorang akhwat ARL langsung membelikannya kerudung baru. Dan spontan sang putri speechless dan saaangat berterima kasih. Harganya?

Aku jadi ingat ketika wawancara MPKMB ada seseorang yang tak sengaja bilang, “sebenarnya aku mau pake kerudung lebar-lebar kaya mba hepi… tapi aku bingung, aku ga bisa pake kerudung dobel, dan kerudungku tipis-tipis…”

Besoknya dengan bahagia kubungkus kerudung tebal berwarna nila untuk orang tadi. Kutitipkan pada temannya dan aku ingin menangis ketika beliau memakainya.

Inilah dakwah… tak hanya pemikiran, raga, semangat... apapun akan kami berikan! Apapun akan kami persembahkan!

Sorenya, ketika buka fb, teman-teman ARL mengapresiasi rohis kelas atas program kami, dan BAYANGKAN!! Beberapa malah request program sms tausiyah, puasa senen-kamis bareng… huwa… subhanallahh.. subhanallah…

Lalu, kami-pun membuka kembali OR rohis… Alhamdulillah… beberapa orang bersedia bergabung… insya Allah pasukan dakwahnya bertambah banyak dan kuat..

Tadi siang, ada lagi hal yang membuatku merinding. Seorang temanku, yang selalu duduk bersebelahan di depan bersamaku…, beliau tidak berkerudung, tidak liqo, mungkin belum paham banyak tentang dakwah… tiba-tiba berkata sesudah kuliah.

“Hep.. kalau pengen masuk rohis.. FKRD… tapi belum berkerudung… boleh nggak?”

Kaget, terharu, BERSYUKUR!! Aku langsung memeluknya, air mataku kutahan dan kusemangati dengan berapi-api… aku lupa apa yang kuucapkan…  aku hanya tak menyangka… dan rasanya semua duri, langkah kaki yang terseok, keringat yang bercucuran, air mata yang menetes, wajah yang lelah… semuanya tidak ada apa-apanya!!

Sungguhh!!!

Nikmat! Inilah nikmatnya berdakwah…
Indah!! Inilah indahnya berdakwah…

Terima kasih karna aku ada dalam barisan ini… teguhkanlah hati ini senantiasa… semoga tak pernah bergeming dari cahaya-Mu… Ya Rabb…
---------interval----------------

Pada akhirnya, aku ingin mendengar kisah saudara-saudaraku di belahan lain… apa kabar akh? Ukh? Gimana syiar disana? Mantapkahh?? Semoga terinspirasi dan termotivasi… doakanlah kami agar bisa jadi lebih baik lagi….

Salam kader dakwah…

Minggu, 11 September 2011

SAPI DAN IDEOLOGI

Cekidot analogi unyu2 ini:

SOCIALISM
Kau punya 2 sapi
1 sapi kau berikan untuk tetanggamu

COMMUNISM
kau punya 2 sapi
Negara mengambil alih keduanya
dan memberimu 2 kaleng susu.

FASCISM
kau punya 2 sapi
Negara mengambil alih keduanya
dan menjual susu padamu.

NAZISM
kau punya 2 sapi
negara mengambil keduanya
dan menembakmu

BUREAUCRATISM
kau punya 2 sapi,
Negara mengambil keduanya,
yang satu ditembak, yang satu diperah susunya trus dibuang

TRADITIONAL CAPITALISM
kau punya 2 sapi betina
kau jual satu dan beli satu sapi jantan.
ternakmu bertambah, dan ekonomi tumbuh.

SURREALISM
kau punya 2 jerapah
pemerintah memintamu untuk kursus harmonika

ANDERSEN MODEL kau punya 2 sapi.
kau cincang-cincang dua-duanya.

FRENCH CORPORATION
kau punya 2 sapi kau turun ke jalan,
menyusun massa, memblokade jalanan,
karena kau ingin punya 3 sapi.

JAPANESE CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau mendesainnya ulang
hingga bisa menghasilkan 20 kali lipat susu.
kemudian kau buat profil kartun sapi pintar “Cowkimon”
dan menjualnya ke seluruh dunia.

GERMAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau merekayasanya supaya bisa hidup lebih dari 100 tahun,
makan cukup sekali sebulan,
dan mereka bisa saling memerah susu sendiri.

ITALIAN CORPORATION kau punya 2 sapi,
tapi kau tak tahu di mana mereka.
kau putuskan untuk makan siang saja.

RUSSIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi
kau menghitungnya dan berandai bagaimana bilamana punya 5 sapi
kau menghitungnya lagi dan berandai bagaimana bilamana punya 42 sapi
kau menghitungnya lagi dan menemukan bahwa sapimu cuma dua.
kau berhenti mengitung, lalu buka sebotol vodka.

SWISS CORPORATION
Ada 5000 sapi.
Tak satupun adalah milikmu.
Kau mengenakan biaya adaministratif kepada pemiliknya untuk menyimpannya.

CHINESE CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau punya 300 orang untuk memerah susunya
kau nyatakan bahwa tak ada pengangguran,
dan nilai produksi susu tinggi.
kau menangkap wartawan yang melaporkan kenyataanya.

INDIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi kau sembah mereka.

BRITISH CORPORATION
kau punya 2 sapi dua-duanya sapi gila.

IRAQ CORPORATION
Semua orang berpikir kau punya banyak sapi
kau bilang ke mereka kau cuma punya satu.
Tak ada yang percaya, maka mereka mengebom daerahmu dan menginvasi negaramu.
Kau masih tak punya sapi satupun,
tapi setidaknya sekarang kau bagian dari demokrasi.

NEW ZEALAND CORPORATION
kau punya 2 sapi
sapi yang di kiri kelihatan sangat atraktif.

AUSTRALIAN CORPORATION
kau punya 2 sapi.
Bisnis kelihatannya sedang bagus.
Kau tutup kantor dan pergi mencari beer untuk merayakannya.

AMERICAN CORPORATION
kau punya 2 sapi.
kau jual satu, dan satunya kau paksa untuk memproduksi susu sebanyak 4 sapi.
kemudian, kau menyewa konsultan
untuk menganalisa mengapa sapinya mati.

IRAN CORPORATION
Kau ingin punya sapi sendiri,
tapi juragan sapi melarang kau memiliki sapi.
Juragan sapi bilang memiliki sapi adalah hal yang buruk.
Kau jadi bertanya-tanya.
Jika memang memelihara sapi itu hal yang buruk,
kenapa juragan sapi memiliki banyak sapi?
Jika memelihara sapi itu hal yang baik,
kenapa aku tidak boleh memelihara sapi?

INDONESIA CORPORATION
kau punya 2 sapi kau gembalakan di pinggir jalan
sapimu mengganggu pemakai jalan sapi diangkut, kau digebuk.

Source: Milis SMA Negeri 1 Bekasi

Selasa, 06 September 2011

HANYA KATA MAAF DARIMU

Idul Fitri yang sangat indah. Bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara, bertemu dengan orang-orang terkasih yang sudah lama tak bersua. Suasana yang dirindukan setiap tahun, dinanti dan didamba. Momen besar dimana maaf jadi udara dan memaafkan jadi hidung yang menghirupnya dengan lega.

Aku makhluk yang tak banyak bersosialisasi di lingkungan masyarakat sekitarku. Kuper simpelnya. Sangat kuper malah. Superduperextrakuper malah… (cukupp hepp)

Selama 4 tahun lebih tinggal di daerah pinggiran jalan di sebuah desa bernama janala, tak banyak yang kukenal. tak sering pula bertandang dan bersilaturahmi. Yahh… hanya dimomen inilah aku dan keluarga akhirnya berinteraksi dan mencoba menjadi bagian dari warga masyarakat yang baik. Sambil tersenyum ramah bersalaman, menanyakan kabar dan berkenalan. Burung-burung berkicau dan matahari bersinar cerah… Heaa… Saat-saat langka bak di dunia Teletubbies. Lalala….

Pada saat langka itu pula-lah kejadian yang merobek lukisan indah idul fitri tahun itu datang… tepat ketika aku dan keluargaku selesai bersilaturahmi di sebuah rumah bercat hijau, penghuninya seorang sepasang manula yang jaraknya tak jauh dari rumahku. Seorang ibu muda ditemani suami-nya beringsut mendekati rumah itu membawa bayinya yang berumur tak lebih dari 5 bulan. Tiba-tiba terdengar teriakan keras dari sang pemilik rumah. Atmosfer nya berganti menjadi sinetron Indonesia. “SIAPA KAMU?? NGAPAIN KAMU KESINI DASAR ORANG GILA!! PERGII KALIAANNN!! PERGI KALIANN!!” Sang ibu tua berteriak teriak seperti kerasukan begitu melihat 3 orang itu datang. Ibu muda terkejut dan berkata terbata-bata, tapi tak jelas terdengar (miic!! Dimana mic-nya??!!). Sang ibu tua terus berteriak-teriak mengundang orang-orang di sekitar datang, suaminya coba menenangkan tetapi ibu itu terus mengamuk. 3 orang yang baru datang itu mematung, tak bisa berkata apa-apa. Bayinya mulai menangis dan ibu muda terisak-isak sambil dituntun oleh beberapa warga untuk pergi meninggalkan rumah tersebut. Lagi-lagi tak jelas apa yang mereka ributkan, hanya berbagai omongan sana sini yang terdengar.

Meskipun kejadian itu cukup seru, aku dan keluarga kembali ke rumah. Terdiam. Masing-masing menerka apa yang sebenarnya terjadi. Dan.. jujur saja, mood idul fitri-ku sedikit rusak saat itu. Apalagi ketika pasangan muda itu lewat di depan rumahku. Wajah si ibu memerah, ia dan bayinya terus menerus menangis. Suaminya menuntunnya tanpa berkata apa-apa. Ulu hatiku sakit melihatnya. Ketika semua tersenyum dengan pakaian terbaiknya, ketika semua sama-sama berharap menjadi putih bersih dengan saling maaf-memaafkan. Ada pula yang sedang terisak pilu karena tak mendapatkan sambutan seperti yang diharapkan. Entahlah apa yang terjadi, mungkin ibu muda itu adalah anak sang pemilik rumah hijau yang sudah lama kabur dari rumah? Kawin lari tanpa kabar? Atau married by accident? Astagfirullah… otakku mulai kreatif berprasangka. kubiarkan hal-hal negatif mulai menyingkir dari kepalaku. Satu yang pasti. Apapun yang telah dilakukan sang ibu muda, ia pasti sudah menyakiti sang ibu tua. Sangat menyakiti malah. Superduperextra menyakitiii malah. (cukupp hepp). Tidakkah seharusnya ia segera meminta maaf begitu membuat kesalahan? Agar rasa sakit itu tak jadi seperti duri yang lukanya kecil tetapi bisa membusukkan hati karna sangat lama tidak diobati. Apakah begitu sulitnya meminta maaf?

Ah, aku jadi teringat ketika pertengkaran-pertengkaran kecil terjadi antara aku dan adik-adikku. Sebagai seorang kakak, sudah menjadi kewajiban mutlak untuk mengalah (atau mengaku kalah?) dan meminta maaf. Rasanyaa suliiiittt sekali. Kubuat suaraku semikro mungkin dengan tampang ogah-ogahan. Ketika kupikirkan sekarang, lucu juga… apa susahnya sih minta maaf. Imbasnya berbaikan, kan? Bukankah itu bagus? Lalu terpikir hal lain… Harga diri? Ya… mungkin hal itu yang jadi salah satu kendala. Rasa malu karna bersalah bercampur dengan ego dari harga diri. Makanya meminta maaf jadi salah satu kegiatan yang paliing sulit untuk manusia lakukan. Prasangka akan ini dan itu, kemarahan yang belum mereda…. Bukankah begitu? Bahkan squidward-pun memasukkan kepalanya dalam gentong saat ingin meninta maaf pada spongebob, sampai pipi dan mukanya merah padam-membiru karna sulitnya mengeluarkan kata tersebut. Kata yang sederhana tapi amat sakral.

Bicara tentang sulitnya meminta maaf, tidakkah memberi maaf-pun adalah hal yang cukup sulit? Ketika jadi oknum yang tersakiti, pihak yang terluka dan dikhianati… bukankah terkadang kata maaf terlalu sepele untuk menawarkanya? Nah… ironi dalam kejadian tadi…, ketika ada niatan dari sang ibu muda untuk meminta maaf, kenapa sang ibu tua tidak coba berlapang dada dan memberikan maaf dengan tulus? Sudah tiada lagikah kesempatan? Terlalu sakit dan perihkah untuk memaafkan?

Pernah ketika ada yang benar-benar membuatku marah, seseorang berkata “Maafin aja, hep… toh Allah yang menciptakan kita saja mau memberi ampun atas segala kesalahan dan dosa kita yang tak terhitung jumlahnya. Kenapa sesama manusia yang alfa tak bisa memaafkan satu sama lain?” Ya, benar… tepatt sekali… sebesar apapun kesalahan seseorang terhadap kita, bukankah kita juga orang yang selalu melakukan salah? Bukankah kita juga insan yang slalu lupa dan alfa? jangan ragu memaafkan. Ketika ada salah, bahkan tanpa maaf pun, betapa mulianya jika kita mau terlebih dahulu memaafkan. Agar segalanya tak lagi jadi sesak yang menghimpit jiwa,membekukan hati. Lapangkan dada dan beranikan diri untuk memaafkan. Sesuliit apapun!

Ketika partner dalam organisasi ga sadar menyakiti, aku sering diam dan mendiamkan orang tersebut. Ga sadar juga aku marahh?? Kurang ajaarr!! Kujuteki dia, kuacuhkan dalam setiap kondisi. Ya ampuuun… ga minta maaf juga…. Aku ingin nangis… tapi aku juga lelah… akhirnya dengan lunglai kuhampiri…
“tahu, ga aku marah?”
“eh… i..iya… ga.. ehm… gimana, ya? Aku bingung, kamunya diem terus…”
“Ya minta maaf, dong!!”
“eh..eh,m…”
“Minta maaf supaya aku ga marah lagi! Capek tau! Peka dong jadi orang!!”
“iyaa.. maaf, maafin aku…. Aku minta maaf…”

Jess…. Serasa ada lautan yang membasahi hati. The ocean heaves up to my heart kata Rie Fu. Subhanallah, kata-kata itulah yang mampu menyelamatkan orang dari keputusasaan, memberikan hujan setelah kemarau gersang… Tak hanya di hari yang fitri… alangkah baiknya jika kita tak lagi berat meminta maaf dan memberi maaf. Kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun… ;)

menulis/menggambar?

Ketika layar komputerku sepenuhnya kosong, ataupun hanya garis garis hitam kaku yang menghiasi kertas tulisku, aku biasanya mulai memejamkan mata dan membayangkan sesuatu yang seharusnya kutulis. Semua ide dan gagasanku, semua impian dan harapanku, semuanya yang harusnya kutumpah ruahkan pada dua media itu.

Tapi… eh, lihat, tangan ini mulai mencengkram sang pulpen dengan erat, dan bagian yang lain menggenggam mouse dengan mantap. Aku mulai membuat lengkungan-lengkungan yang hiasi layar dan lembaran kertasku. Hurufkah?? Aku tercenung. Terlalu besar dan luas kurasa. Lalu apa? Ohh… aku menghela nafas dan mengatupkan bibirku. Mengerjapkan mata berkali-kali sambil tertunduk agak lemas.

Menggambar lagi? Menggambar?? Oh!! Untuk apa? Manusia tidak akan jadi pintar dan menggoreskan namanya dalam sejarah dan pemikiran hanya karena gambar aneh dan tidak jelas yang dibuat acak, itu bung! Bangun dan peras otakmu! Biarkan ia bekerja! Biarkan sel-selnya berdetak keras dan mencairkan beberapa bagian dalam lobus. Ya! Biarkan itu terjadi! Aku mau menulis!! Bukannya menggambar!!

Kubiarkan tanganku berhenti bekerja. Dan interval itu terjadi lagi. Lamaa sekali.

Selasa, 26 Juli 2011

Suatu Hari di Bulan Ramadhan


H-3 Ramadhan… Deg-degan…bingung.. resah dan gelisah, di sisi lain, sangat bahagia karena akan bertemu dengan bulan yang paling unik tiap tahunnya dalam hidupku, karena berbagai kejadian pembawa hikmah terjadi disana…

Salah satunya di hari menjelang idul fitri, Ramadhan, aku kecil yang merasa cukup BeTe dengan anak baru di sekolahku yang kaya raya dan petantang petenteng dengan berbagai fasilitas yang ia punya melenguh panjang sambil mengeluarkan celotehan ala bocah;

“knapa sih harus ada orang kaya dan miskin? Kenapa Allah ga ngasih rezeki dipukul rata semua? Kan adil… jadi ga ada yang sombong dan ga ada yang ngeraksa kesiksa gara-gara dia ga bisa beli kebutuhanya, untuk sekolah, makan, beli maenan, dll… iya,kan? Iya,kan?”

Ayah yang mendengar dumelanku terkekeh lucu sambil mengelus rambutku.

“nih ya teh… bayangin kalau tiba-tiba setiap orang dapat uang satu milyar.. turun dari langit… whaa… jadi pada kaya semua deh tuh… yang miskin-pun bisa beli apapun yang ia mau…, yang kaya? Ya… makin kaya… eh, eh, tapi kalau semua orang di dunia ini udah kaya dan udah dapat uang banyak, ga ada lagi yan mau jualan, dong? Mereka kan jualan untuk nyari uang, ga ada yang memproduksi barang-barang dan hal-hal yang kita inginkan,dong? Kan mereka bekerja untuk bisa menafkahi keluarga, kalau udah punya banyak, jadi ga perlu kerja lagi,kan? Hm.. pusing juga,ya.. nanti dunia akan berhenti beraktivitas, kalau semuanya makmur dalam finansial, bener,ga?”

Mataku mengerjap-ngerjap… meski ga terlalu paham ayah lanjut menceracau

“jadi, Allah menciptakan dunia ini dengan penuh perhitungan,teh… tiap hal ada pasangannya… begitu pula adanya kaya dan miskin, supaya keduanya bisa saling melengkapi, mengasihi dan saling berbuat kebaikan satu sama lain. Gitu teh… oke?”

Aku mengangguk pelan meski beberapa kata mental karna tak dapat kuserap.
Selain itu, malamnya seluruh keluarga membuat lingkaran untuk berbuka bersama, saat itulah pertama kalinya aku diamanahi tugas yang cukup berat.

“teteh…” dengan lembut ibuku berkata “karena udah gede, nanti kasih zakatnya sendiri, ya.. ke nenek acih yang ada di wetan (bagi yang gatau, kalau di kampung menyebut sebuah kata tempat di sebuah desa dari arahnya. Kaler artinya timur), sekalian teteh belajar ijab Qobul..”

Aku mengernyit… setahuku itu dilakukan orang kalau mau menikah, apa mungki n ibu mau menjodohkanku dengan mang Jaka? Lipatan di dahiku dibalas ibu dengan senyuman.

“Bukan ujab Qobul buat nikah, tapi zakat juga ada serah terima-nya… sekaian teteh silaturahmi sama nini yang disana.. oke?”

Begitu banyak yang harus dsetujui. Aku mengangguk saja meskipun malas luar biasa menggelayutiku. Heang… abis magrib harus keluar? Males.. tapi dicobalah…

FYI, aku adalah anak yang ckup ansos, entah kenapa tak banyak main dan hanya menggambar di dalam kamar yang terkunci rapat, jadi tak banyak tahu tentang tetangga disekitarku. Malamnya aku ke ujung desa dengan berani. Di temani senter dan beras serta beberapa lembar 10.000 yang terlipat rapi dalam amplop, kuhampiri sebuah gubuk kecil yang amat tak layak huni, di dalamnya ada nyala redup lilin yang kemerahan. Kudekati sesosok tubuh yang cukup renta sedang menatap ke kejauhan.

“Asslamu’alaikum…”

Wajah itu menoleh.

“Walaikumslam… eh, eneng hepi… aya naon, neng? (sebenarnya percakapan berikutnya terjadi dalam bahasa sunda, tapi mari kita terjemahkan agar lebih mudah dicerna)”

“iyah… punten,nini… hepi bawa zakat fitrah… punten diterima ya, ni…”
Wajah itu tersenyum sangat ramah dalam temaram cahaya lilin. Dan tiba-tiba menggenangkan bening air mata dengan sayu. Beberapa kali ia mengusap jilbabku.

“anak cantik… anak baik…”

Aku cukup terperangah, ada kekuatan ajaib disana yang membuatku merasakan sesuatu yang aneh dan ganjil. Aku tahu nini acih baru saja kehilangan satu orang anaknya yang bejerja, suaminya meninggal sepuluh tahun yang lalu dan kini ia sendirian menghuni gubuk reyot diujung desa ini. Serasa ikut menyerap dan merasakan kesedihan nini acih, wajah renta itu akhirnya tersenyum dan aku-pun mengucapkan ijab qobul yang telah diajarkan ibu-ku sebelumnya

Aku pulang dengan dada penuh.. meskipun terkesan biasa dan sepele, hal itucukup membekas di hatiku. Tentang kekuatan berbagi dan peduli.

Aku-pun mulai mengerti akan penjelasan ayah tentang kaya dan miskin, dan segala sesuatunya yang berpasangan, tentang kenapa harus ada berbagai perbedaan di dunia ini.

Itulah, kita diberi kelebihan agar kita senantiasa mengulurkan tangan kita untuk memberi dan saling mengasihi sesama muslim, salah stauny a lewat zakat.

Jadi, perbedaan tu bukanlah hambatan melainkan sebuah anugrah berharga utuk disyukuri. Karena perbedaan jualah yang bisa menyatukan kita semua. Iya, kan?

Ini ceritaku, apa ceritamu?:P