Oleh: Nur Hepsanti Hasanah
Pada Tahun 1960-an, Nelson Mandella dengan gagah berani mengkritik dan menentang politik apartheid dengan keras, berbagai cara gigih beliau lakukan untuk menghapus diskriminasi masal yang telah mengakibatkan berbagai kerugian, perpecahan dan perseteruan yang menyelimuti bermacam kalangan. Meski harus keluar-masuk bui, disiksa dan dikucilkan dari kancah perpolitikkan, tetapi akhirnya perjuangan beliau membuahkan hasil manis yang berefek sangat besar dalam sejarah dunia.
6 April 1453 M, Muhammad II Al-Fatih menaklukan daratan Eropa dalam naungan Islam dan menjadi salah satu Muslim yang menggoreskan dan mencetakkan tinta emas. Menghadirkan kejayaan setelah perjuangan yang dahsyat dan berat melawan Konstantinopel yang konon tak tertaklukan.
Abad ke-Empat, Nabi Muhammad SAW berjuang menyibak tabir zahiliyah dan sedikit demi sedikit menghadirkan cahaya kebenaran bagi masyarakat Arab. Meski lagi-lagi cibir dan cemooh yang beliau dapat, tetapi tak pernah terbersit sedikitpun oleh beliau untuk berhenti menegakkan agama Allah. Pribadi tangguh dan kekuatan besar dalam diri beliau untuk terus berjuang akhirnya melahirkan generasi-generasi yang luarbiasa, yang ikut mendukung beliau dan menaati beliau sebagai khalifah. Beliau adalah sosok besar, pemimpin umat yang paling mulia. Teladan dalam setiap langkah yang tak pernah usang tergerus zaman.
Pemimpin, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi II adalah Orang yang memimpin, membimbing, dan menunjukkan. Memimpin berarti ia akan dengan tegas dan gigih menggiring kelompoknya mencapai suatu tujuan. Membimbing dalah tindakan persuatif untuk bersama-sama bergerak menuju petak rancangan yang telah diimpikan dengan mengikuti persis apa yang sang pemimpin anjurkan. Menunjukkan, pemimpinlah yang harus tahu kemanakah selanjutnya mereka –ia dan kelompoknya- akan melangkah, pemimpin harus mengerti fase apakah yang berikutnya harus ditempuh. Pemimpin bukan hanya harus menemukan jalan, tetapi iapun sosok yang menunjukkan jalan. Ia tahu badai dan topan apa saja yang akan menghadang, tapi ia pun harus yakin bahwa di akhir tujuan, ada cahaya keemasan yang akan menyambut mereka dengan terang benderang.
Kita harus menyadari betapa penting arti dan keberadaan pemimpin bagi suatu kelompok, organisasi, ataupun kalangan masyarakat luas. Bingung akan arah tujuan dan tak tahu harus bagaimana dan dengan cara apa bergerak adalah contoh tak adanya pemimpin dalam kelompok atau pribadi tersebut. Sosok pemimpin adalah tiang utama tegaknya massa dan kompas tercanggih yang akan menggiring kita menuju tujuan yang diinginkan bersama.
Tak ayal, Pemimpin haruslah pribadi yang istimewa. Pemancar vibrasi positif dan bersahaja. Pemimpin bukanlah baja yang harus membengkokan dan menundukkan sang paku dengan paksa. Pemimpin adalah sosok yang akan dihormati tanpa paksaan, pemimpin adalah orang yang dihargai karna apa yang telah ia perbuat dan kontribusinya terhadap kelompok tersebut. Pemimpin bukanlah orang yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin, tetapi ia didukung penuh, diseru dengan kuat, dan diakui dengan bangga oleh anggota kelompoknya.
Karakteristik seorang pemimpin tak bisa dijabarkan secara eksak, bersifat abstrak dan mengandung senyawa implisit. Tidaklah harus seseorang yang sempurna rupa, kuat fisik dan raga ataupun cakap dalam beretorika. Ia juga bukan Malaikat yang memiliki semua elemen kesempurnaan. Malah, pemimpin harusnya orang yang sangat memahami bahwa dirinya kurang dan alpha dalam berbagai hal, ia tahu bahwa ia sangat membutuhkan para pendampingnya untuk menepuk bahunya dan mengatakan ia salah. Pemimpin adalah orang yang berani mengakui kekurangan dan kelemahannya sehingga ia pun membuka pintu koreksi dengan lebar.
Terlatih dalam mengorganisir sesuatu, hal inilah yang pertama dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Membimbing sekian orang dalam suatu kelompok tentu bukan hal yang mudah dan sepele, apalagi tentu saja pola pikir dan kehendak tiap individu akan berbeda. Menyusun, menelaah, dan mengkombinasikan seluruhnya menjadi sebuah kesatuan, keahlian untuk mengorganisir inilah yang dapat amat sangat diandalkan.
Juara Problem solving. Masalah dan ujian akan selalu datang silih berganti dengan kemudahan dan kelapangan. Cekatan dalam menyelesaikan masalah adalah ciri vital yang harus dimiliki sang pemimpin. Ketegasan akan jadi pedang yang sangat berguna untuk mengantisipasi perpecahan jika berbagai problematika datang. Apakah otoritas itu baik? Bermusyawarah dan mencapai mufakat dalam pengambilan keputusan akan mengeratkan ikatan antar anggota kelompok. Para anggota kelompok juga akan merasa di dengar dan diperhatikan aspirasinya sehingga mereka akan semakin menghargai pemimpinnya. Tetapi tak berarti semua masalah harus diselesaikan dengan cara tersebut. Ada kalanya jalan buntu menghadang diskusi pemecahan masalah. Disinilah sang pemimpin dapat menggunakan otoritasnya. Ia memiliki alternatif tersendiri yang ia keluarkan dan ia putuskan sebagai jalan kaluar dari masalah yang tengah dialami.
Dekat dengan para anggotanya. Pemimpin yang ramah dan supel tak hanya akan dihargai, tetapi ia juga akan menyisakan tempat di hati para anggotanya. Dirindukan keberadaannya, dinantikan kehaadirannya. Berbaur dan sering berinteraksi dengan berbagai macam karakter akan membangun pribadi yang akan selalu mengerti dan memahami keadaan.
Power atau kekuatan lebih yang dimiliki oleh pemimpin bukanlah alat untuk mempertahankan hegemoni. Amatlah dangkal jika kekuasan adalah tempat utama di hati sang pemimpin. Karena sosok pemimpin seperti itu adalah sosok yang akan menghantam dan menekan potensi-potensi kepemimpinan yang tumbuh dan muncul dalam pribadi anggotanya. Ia akan menghalangi siapapun yang berusaha untuk menggeser tempat duduknya dalam bangku kekuasaan. Masa Orde Baru adalah gambaran nyata bahwa hegemoni telah melenakan sang Pemimpin dan membuatnya melakukan apapun untuk mempertahankan kekuasaan tersebut, bahkan dengan cara-cara yang picik dan busuk. Tak ayal, hal ini hanya akan berakibat kehancuran dan goresan tinta hitam dalam sejarah hidupnya dan tentu saja bukan ini yang ingin dituju.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat melihat jelas potensi para anggotanya. Ia akan dengan amat bersemangat melatih dan menggali potensi tersbut, agar suatu saat, ada para pemimpin baru berkualitas tinggi yang akan menggantikan posisinya dan ikut meneruskan perjuangannya. Artinya, Pemimpin adalah sosok besar dalam pengembangan Sumber Daya dan potensi para anggotanya.
Setiap individu telah dianugerahi Tuhan oleh berbagai bakat dan potensi. Jeli dalam menemukan hal tersebut dalam diri para anggotanya dan berusaha mengembangkannya adalah tugas sang pemimpin. Karena itu, amat eratlah koneksi antara pemimpin dan Pengembangan Sumber Daya dalam bidang apapun. Selain menggapai titik utama dalam perjalan, pemimpin juga harus concern dalam mengguar dan memaksimalkan potensi-potensi yang ada. Mengadakan berbagai kegiatan yang kompetitif dan mengasah kemampuan kemampuan khusus. Memfasilitasi mulai dari motivasi, sampai hal yang real seperti pendidikan adalah metode yang ampuh untuk memuncratkan semangat untuk menjadi lebih baik lagi dalam diri para angggotanya.
Pemimpin adalah Arsitek peradaban. Pemimpin adalah Koreografer Sejarah, desainer bangsa dan penanam benih Persatuan. Cerminan nyata dari civitas dan eksistensi kelompoknya. Lebih jauh lagi, Pemimpinlah yang memegang tanggung jawab besar dalam menjaga kredibilitas kelompok, ikon yang akan menjadi teladan anggotanya. Karena bagaimanapun, kualitas suatu kelompok akan terlihat dari integritas pemimpinnya. Mata pihak luar hanya akan tertuju pada tokoh utama dalam cerita. Jika pemimpinnya tak berkualitas, tak tegas dan bingung menentukan arah, maka hanya akan ada seringai mengejek dari pihak luar, karena tahu bahwa kelompok tersbut bukanlah kelompok kuat yang patut diperhitungkan dalam kancah hidup. Sebaliknya, jika sang pemimpin memiliki integritas yang tinggi, pribadi yang mempesona dan kebersahajaan, maka ribuan bahkan jutaan mata akan kagum dan angkat topi karena salut akan kegemilangan kelompok tersebut.
Para pemimpin terdahulu telah menggoreskan berjuta warna dalam diary peradaban. Pemimpin nanti akan mengisi ruang ruang kosong dan mengukirkan sejarah kegemilangan, Sementara Pemimpin saat ini, adalah gambaran bening, potret hidup, dan refleksi nyata dari intisari zaman.